Ekonomi

Persediaan Meluber, Harga CPO Berfluktuasi  

JAKARTA- Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam sepekan terakhir ini berfluktuasi. Belum, ada tanda-tanda harga komoditas unggulan Malaysia dan Indonesia ini akan stabil. 

Pada penutupan perdagangan Senin, 13 Mei 2019 di Bursa Malaysia, harga crude palm oil (CPO) untuk kontrak Juli 2019 naik 1 poin menuju level 1.984 ringgit per ton. Harga CPO sempat menyentuh level 2.000 ringgit dan per ton dan kembali turun pada level tersebut.

Penyebabnya, adalah stok CPO yang dimiliki Malaysia meluber. Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas mengungkapkan, produksi CPO Malaysia pada April 2019 lebih rendah dari bulan sebelumnya, tetapi tingkat persediaan yang dimiliki mencapai 2,7 juta ton dan terbilang masih tinggi. Adapun, pertumbuhan persediaan CPO Malaysia per April 2019 naik 24,4% year on year.

"Meskipun produksi Malaysia bulan April lebih rendah dari bulan sebelumnya, dan angka ekspornya lebih tinggi, kami kurang optimis bahwa harga CPO global akan pulih," ungkapnya melalui riset, Selasa, 14 Mei 2019.

Selain itu, Andy tidak melihat risiko kenaikan harga CPO global minggu ini. Harga CPO untuk kontrak Juli 2019 pada pukul 11.15 WIB berhasil naik 8 poin menuju level 1.993 ringgit per ton.

Saat dihubungi terpisah, Investor Relations Eagle High Plantations Sebastian optimistis bahwa harga CPO bakal kembali memanas. "Bila dilihat dari future di Bursa Malaysia, harga pasti akan naik," katanya seperti dilaporkan Bisnis. 

Perlu diketahui, Eagle High Plantations  saat ini fokus pada penjualan di dalam negeri. Pada Maret 2019 dan April 2019, produksi tandan buah segar masing-masing 117.999 ton dan 93.700 ton. Sementara itu, produksi CPO pada Maret 2019 sebanyak 24.628 ton.

Hingga Maret 2019, BWPT membukukan pendapatan usaha senilai Rp637,99 miliar, naik 1,31% dari posisi Rp629,69 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bila ditelisik dari sisi produk, minyak kelapa sawit berkontibusi hingga 84% terhadap pendapatan usaha atau senilai Rp541,29 miliar, lalu disusul inti kernel dan tandan buah segar (TBS) masing-masing senilai Rp54,3 miliar dan Rp42,4 miliar.

Rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per Maret 2019 senilai Rp259,09 miliar, semakin banyak dibandingkan dengan kuartal I/2018 senilai Rp76,4 miliar.(rdh)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar